Jakarta - Kejanggalan pada pertandingan PSS Sleman versus PSIS Semarang mau tak mau mengingatkan publik Indonesia pada Piala Tiger 1998. Di ajang tersebut, Indonesia dibuat malu oleh drama sepakbola gajah.
Seperti diberitakan sebelumnya, pertandingan babak delapan besar Divisi Utama antara PSS dan PSIS di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara, Minggu (26/10/2014) sore WIB, berlangsung tidak wajar. Laga berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSS, tapi kelima gol yang tercipta adalah gol bunuh diri.
Yang membuat pertandingan janggal bukan cuma soal gol bunuh diri yang sampai lima buah itu. Tapi, sepanjang laga, kedua tim tampak tak bersemangat untuk menyerang atau merebut bola dari lawan.
PSS dan PSIS diduga melakukan hal tersebut karena satu alasan yang sama. Mereka, yang sama-sama sudah dipastikan lolos ke babak semifinal, disinyalir tak mau menang demi menghindari posisi juara Grup N.
Tim yang jadi juara Grup N akan berhadapan dengan runner-up Grup P, Borneo FC, di semifinal. Nah, PSS dan PSIS diduga ingin menghindari Borneo FC dengan alasan yang belum diketahui.
Situasi di atas mirip-mirip dengan kondisi tim nasional Indonesia di Piala Tiger 1998, yang membuat timnas terlibat kejadian memalukan yang sering diingat sebagai tragedi sepakbola gajah.
Saat itu, Indonesia dan Thailand yang masuk Grup A dan sudah dipastikan lolos ke semifinal saling berhadapan pada laga penentuan juara grup. Yang jadi juara grup akan bertemu tuan rumah Vietnam (runner-up Grup B) di semifinal dan yang jadi runner-up akan melawan Singapura (juara Grup B).
Indonesia dan Thailand rupanya sama-sama tak mau bertemu Vietnam dan lebih suka menghadapi Singapura. Vietnam saat itu memang tampil garang di babak grup dan terlihat amat menakutkan. Belum lagi status tuan rumah yang membuat mereka mendapatkan dukungan luar biasa dari para suporternya. Sebaliknya, Singapura dianggap lebih lemah dan bisa dilewati dengan gampang.
Untuk jadi runner-up Grup A, Thailand cukup bermain seri dengan Indonesia. Sementara itu, Indonesia harus kalah kalau ingin jadi runner-up Grup A demi menghindari Vietnam di semifinal.
Hal itu membuat pertandingan di Stadion Thong Nhat, Ho Chi Minh City, menjadi berlangsung tidak normal. Tempo permainan lambat dan kedua tim seperti tak bernafsu menang.
Namun, pertandingan mulai seru ketika Miro Baldo Bento membawa Indonesia unggul pada menit ke-53. Berselang sepuluh menit, Thailand menyamakan kedudukan lewat gol Krisada Piandit.
Aji Santoso mencetak gol kedua untuk Indonesia pada menit ke-83, sebelum Thailand kembali menyamakan skor lewat Therdsak Chaiman tiga menit kemudian.
Di sisa waktu, pemandangan yang sangat aneh terlihat di atas lapangan. Bayangkan, para pemain Thailand malah berusaha memperkuat pertahanan Indonesia ketika para pemain Indonesia memainkan bola di kotak penalti sendiri.
Akan tetapi, para pemain Thailand kalah cepat dari Mursyid Effendi. Mursyid dengan sengaja menendang bola ke gawang sendiri pada menit ke-90 dan kiper Kurnia Sandy cuma bisa terdiam melihat gawangnya bobol. Indonesia pun kalah 2-3 dari Thailand dan "sukses" menuntaskan misi jadi runner-up Grup A.
FIFA kemudian melakukan penyelidikan terhadap pertandingan janggal itu. Mursyid akhirnya diganjar hukuman larangan main seumur hidup di pentas internasional, sementara Indonesia dan Thailand didenda US$ 40 ribu. Ketua Umum PSSI saat itu, Azwar Anas, yang juga hadir menyaksikan pertandingan, mengundurkan diri sekembalinya ke Jakarta.
Di babak semifinal, Indonesia dan Thailand sama-sama kalah dan tersingkir. Indonesia dikalahkan Singapura 1-2, sementara Thailand dihajar Vietnam 0-3.
Singapura, yang awalnya diremehkan, di luar dugaan malah jadi juara usai mengalahkan Vietnam 1-0 di final. Itulah kali pertama Singapura jadi juara Asia Tenggara, sebelum belakangan jadi tim tersukses di Piala Tiger (sekarang Piala AFF) dengan koleksi empat trofi.
Senin, 21 Maret 2016
Jumat, 11 Maret 2016
7 Olahraga Asli Berasal dari Indonesia
1. Sepak takraw
Sepak takraw merupakan olahraga yang konon berasal dari zaman
Kesultanan Malaka 1402-1511. Sepak takraw memiliki nama lain, sepak
raga. Dalam permainan, ada dua tim yang saling berhadapan. Masing-masing
kelompok terdiri dari tiga orang. Dan mereka tak boleh menyentuh bola
dengan tangan, hanya menggunakan kaki.
Kini, sepak takraw telah memilki asosiasi internasional bernama ISTAF dan terdaftar dalam kategori pertandingan SEA Games serta Asian Games. Lapangan sepak takraw sendiri berukuran dua kali lapangan bulutangkis. Dengan pembatas kedua tim mirip net pada badminton. Yang spesial, olahraga ini menggunakan bola khusus dari rotan.
2. Karapan Sapi
Karapan sapi adalah olahraga pacuan dari Madura. Dalam olahraga ini, sepasang sapi menarik semacam kereta dari kayu atau bambu. Dalam trek sekitar seratus meter, beberapa penunggang kereta kayu menghela sapi untuk berpacu. Sapi yang melesat lebih cepat akan mendapatkan trofi juara. Biasanya, pacuan ini berlangsung sekitar sepuluh detik sampai sepuluh menit saja.
Syeh Ahmad Baidawi, adalah pencipta karapan sapi. Dulu, olahraga ini bertujuan untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat guna membajak sawah. Ia juga memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu, disebut nanggala atau salaga, yang ditarik dua ekor sapi. Belakangan bambu tersebut jadi kemudi joki memacu sapi.
3. Pencak silat
Pencak silat merupakan seni beladiri warisan leluhur bangsa Indonesia. Dulu, pencak silat menjadi alat pertahanan diri guna mengikuti gerakan berbagai hewan. Dan pencak silat memiliki berbagai aliran, tergantung daerahnya.
Pada 1948, muncul istilah pencak silat untuk menyatukan beragam aliran beladiri tradisional yang berkembang di Indonesia. Nama pencak berasal dari bahasa Jawa, sedangkan silat dari Sumatera dan Kalimantan. Children perform pencak silat (traditional martial arts) as they wait for the arrival of Indonesia’s presidential.
4. Pacu jalur
Pacu jalur adalah jenis olahraga perahu dayung tradisional yang berasal dari Riau. Lomba ini diselenggarakan di Sungai Batang Kuantan. Kata jalur berarti perahu. Dan dalam pacu jalur, panjang perahu yang digunakan sekitar 25-40 meter dengan awak 40-60 orang. Sejak 1970, perlombaan ini rutin dilakukan setiap tahun, biasanya sebelum tanggal 17 Agustus.
Dulu, sekitar awal abad ke-17, jalur atau perahu merupakan alat transportasi utama di sepanjang Sungai Batang Kuantan. Sebab kala itu transportasi darat belum berkembang. Masyarakat Riau menggunakan jalur sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.
5. Zawo-zawo (Lompat Batu)
Zawo-zawo adalah sejenis olahraga atletik, asal Nias, Sumatera Utara. Dalam olahraga ini, para pemain melompati susunan batu atau hompo batu yang berbentuk trapesium, setinggi dua meter. Pada masa lalu, ketangkasan melompati batu ini merupakan prasyarat seorang pemuda untuk memasuki jenjang pernikahan. Zawo-zawo masih bertahan hingga kini dan bisa ditemukan di desa-desa Kabupaten Nias Selatan.
6. Pathol
Pathol adalah olahraga gulat tradisional yang berasal dari Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Konon permainan pathol telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dulu, pathol merupakan acara sayembara untuk mencari kesatria terbaik yang bisa menjaga Pelabuhan Tuban, sarang perompak dan penjahat. Pathol juga berarti seseorang yang jago dan tak terkalahkan.
Gulat pathol hanya tergelar di pesisir pantai menjelang purnama atau pada hari khusus, misalnya upacara sedekah laut. Dalam bermain pathol, kedua petarung memakai sebuah selendang selayaknya sabuk pada pinggang. Selendang itu berguna untuk menyerang hingga salah satu petarung jatuh tersungkur. Dan olahraga ini ada dalam pengawasan wasit.
7. Langga
Langga merupakan seni beladiri dari Gorontalo Utara. Konon pencipta olahraga ini adalah pejuang bernama Ju Panggola. Ia juga terkenal sebagai ulama yang menyebarkan agama Islam di Gorontalo. Secara garis besar, seni beladiri ini tidak bertujuan untuk membunuh. Melainkan guna menjaga diri dan melumpuhkan lawan. Kata langga sendiri bermakna langkah atau gerak untuk menangkis serangan.
Kini, sepak takraw telah memilki asosiasi internasional bernama ISTAF dan terdaftar dalam kategori pertandingan SEA Games serta Asian Games. Lapangan sepak takraw sendiri berukuran dua kali lapangan bulutangkis. Dengan pembatas kedua tim mirip net pada badminton. Yang spesial, olahraga ini menggunakan bola khusus dari rotan.
2. Karapan Sapi
Karapan sapi adalah olahraga pacuan dari Madura. Dalam olahraga ini, sepasang sapi menarik semacam kereta dari kayu atau bambu. Dalam trek sekitar seratus meter, beberapa penunggang kereta kayu menghela sapi untuk berpacu. Sapi yang melesat lebih cepat akan mendapatkan trofi juara. Biasanya, pacuan ini berlangsung sekitar sepuluh detik sampai sepuluh menit saja.
Syeh Ahmad Baidawi, adalah pencipta karapan sapi. Dulu, olahraga ini bertujuan untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat guna membajak sawah. Ia juga memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang bambu, disebut nanggala atau salaga, yang ditarik dua ekor sapi. Belakangan bambu tersebut jadi kemudi joki memacu sapi.
3. Pencak silat
Pencak silat merupakan seni beladiri warisan leluhur bangsa Indonesia. Dulu, pencak silat menjadi alat pertahanan diri guna mengikuti gerakan berbagai hewan. Dan pencak silat memiliki berbagai aliran, tergantung daerahnya.
Pada 1948, muncul istilah pencak silat untuk menyatukan beragam aliran beladiri tradisional yang berkembang di Indonesia. Nama pencak berasal dari bahasa Jawa, sedangkan silat dari Sumatera dan Kalimantan. Children perform pencak silat (traditional martial arts) as they wait for the arrival of Indonesia’s presidential.
4. Pacu jalur
Pacu jalur adalah jenis olahraga perahu dayung tradisional yang berasal dari Riau. Lomba ini diselenggarakan di Sungai Batang Kuantan. Kata jalur berarti perahu. Dan dalam pacu jalur, panjang perahu yang digunakan sekitar 25-40 meter dengan awak 40-60 orang. Sejak 1970, perlombaan ini rutin dilakukan setiap tahun, biasanya sebelum tanggal 17 Agustus.
Dulu, sekitar awal abad ke-17, jalur atau perahu merupakan alat transportasi utama di sepanjang Sungai Batang Kuantan. Sebab kala itu transportasi darat belum berkembang. Masyarakat Riau menggunakan jalur sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.
5. Zawo-zawo (Lompat Batu)
Zawo-zawo adalah sejenis olahraga atletik, asal Nias, Sumatera Utara. Dalam olahraga ini, para pemain melompati susunan batu atau hompo batu yang berbentuk trapesium, setinggi dua meter. Pada masa lalu, ketangkasan melompati batu ini merupakan prasyarat seorang pemuda untuk memasuki jenjang pernikahan. Zawo-zawo masih bertahan hingga kini dan bisa ditemukan di desa-desa Kabupaten Nias Selatan.
6. Pathol
Pathol adalah olahraga gulat tradisional yang berasal dari Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Konon permainan pathol telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dulu, pathol merupakan acara sayembara untuk mencari kesatria terbaik yang bisa menjaga Pelabuhan Tuban, sarang perompak dan penjahat. Pathol juga berarti seseorang yang jago dan tak terkalahkan.
Gulat pathol hanya tergelar di pesisir pantai menjelang purnama atau pada hari khusus, misalnya upacara sedekah laut. Dalam bermain pathol, kedua petarung memakai sebuah selendang selayaknya sabuk pada pinggang. Selendang itu berguna untuk menyerang hingga salah satu petarung jatuh tersungkur. Dan olahraga ini ada dalam pengawasan wasit.
7. Langga
Langga merupakan seni beladiri dari Gorontalo Utara. Konon pencipta olahraga ini adalah pejuang bernama Ju Panggola. Ia juga terkenal sebagai ulama yang menyebarkan agama Islam di Gorontalo. Secara garis besar, seni beladiri ini tidak bertujuan untuk membunuh. Melainkan guna menjaga diri dan melumpuhkan lawan. Kata langga sendiri bermakna langkah atau gerak untuk menangkis serangan.
Olahraga Tradisional Egrang
Olahraga tradisional merupakan permainan asli rakyat sebagai aset budaya
bangsa yang memiliki unsur olah fisik tradisional. Permainan
rakyat yang berkembang cukup lama ini perlu dilestarikan, karena selain
sebagai olahraga hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial,
olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani
bagi pelakunya.
Olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar. Permainan ini dilakukan dan digemari mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa, sesuai dengan karakter permainan yang dipakai. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah seperti egrang, terompah panjang, patok lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, panjat pohon pinang, sepak raga, lomba perahu, lompat batu nias, karapan sapi, dan lain-lain.
Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb.
Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.
Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
– Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
– Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
– Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.
Egrang adalah permainan tradisional yang mempergunakan bambu dengan ukuran tertentu sebagai alat mengadu kecepatan dengan menempuh jarak yang telah ditentukan. Permainan ini sudah cukup dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dan sering dilombakan pada acara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan Agustus.
Permainan egrang dilakukan oleh anak-anak, remaja, dewasa dengan tujuan pengisi waktu luang, bermain dan meningkatkan kemampaun motorik. Manfaat yang akan dirasakan oleh pelaku perminan ini adalah kegembiraan, kualitas kebugaran, dan bersosialisasi. Alat terbuat dari sepasang bambu bulat, masing-masing bambu memiliki ukuran panjang + 2,5 m dan memiliki diameter antar 6 s.d 9 Cm. Pada ukuran 50 Cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata.
Permainan tradisional egrang ini sering dilakukan di lapangan berumput, di stadion, atau tan. ah dataran. Yang terpenting kondisi lapangan yang dipergunakan untuk perlombaan permainan ini datar dan luas. Jumlah lintasan dibuat sesuai dengan kondisi ukuran area yang dipergunakan. Untuk lebih meriahnya perminan ini, sebaiknya lintasan yang dipergunakan minimal sebanyak tiga lintasan. Apabila dapat dibuat lebih dari itu, akan lebih baik dan meriah. Masing-masing lintasan dengan ukuran lebar 1 s.d 1,5 meter dan panjang 50 meter.
Pemenang dalam permainan tradisional egrang ini ditentukan berdasarkan kecepatan waktu. Waktu yang diambil adalah kaki terakhir melewati garis finish. Agar dalam pelaksanaan kegiatan permainan ini berjalan baik, maka ditetapkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Peralatan Peserta
a. Sepesang bambu dengan ukuran tinggi 2,75 meter dan diameter bawah minimal 2 dim (5 cm), tinggi pijakan kaki adalah 50 cm;
b. Area Egrang dilapangan rumput atau tanah padat, dengan batasan lintasan yang dibuat dari kapur atau tali raffia, sepanjang 50 meter dan masing-masing lintasan dengan lebar 1,5 meter
2) Peralatan Wasit/Juri
a. Dua buah bendera untuk masing-masing juri lintasan dengan warna merah dan hijau;
b. Stopwatch;
c. Peluit;
d. Scorepad
3) Peraturan Permainan
a. Peserta Egrang terdiri dari 3 pemain putra;
b. Peserta harus menggunakan seragam team masing – masing Kabupaten/Kota dengan nomor punggung 1 s/d 3;
c. Peserta diperkenankan membawa peralatan sendiri dengan ketentuan menggunagan bahan dari bamboo dengan ukuran ketinggian maksimal 2,75 m. Jarak penompang kaki dari bamboo terbawah adalah 50 cm, sedangkan diameter bamboo minimal 2 dim (tidak boleh kurang);
d. Start dibelakang garis dan posisi peserta masih berada di bawah (belum naik);
e. Berjalan sesuai dengan lintasan masing- masing;
f. Masing-masing orang dalam satu regu wajib menempuh jarak 50 m, sehingga jumlah total jarak tempuh untuk masing-masing regu adalah sepanjang 150 m;
g. Sebelum pergantian pemain, pemain dan Egrangnya harus seluruhnya melewati garis;
h. Pemain berikutnya menunggu di luar garis, tidak diperkenankan masuk dalam arena lomba;
i. Dinyatakan sebagai Pemenang apabila pemain ketiga lebih dahulu melewati garis finish;
j. Dinyatakan diskualifikasi jika:
– Egrang menyentuh garis lintasan;
– jika kaki peserta menyentuh tanah (peserta jatuh);
– Egrang tidak memenuhi ukuran sebagaimana ketentuan persyaratan;
– Pergantian pemian dilakukan sebelum melewati garis batas.
4) Peran dan tanggung Jawab Wasit/Juri dan petugas Permainan Egrang
a. Wasit
1. Memberikan arahan terkait dengan bentuk aktivitas yang tidak diperkenankan dilakukan oleh semua peserta kepada semua ketua regu sebelum permainan dimulai;
2. Mengontrol kesiapan juri garis dan petugas pencatat waktu (petugas stopwatch);
3. Memberikan aba-aba kesiapan dan dimulainya permainan ini, dengan memberikan tanda peluit (aba-aba : bersedia, siap, priiiit);
4. Menghentikan permainan, bila ada yang mencuri start.
b. Juri
1. Wajib membawa bendera merah dan hijau;
2. Memberikan tanda kesiapan peserta, dengan mengangkat bendera hijau;
3. Memberikan tanda pelanggaran peserta, dengan mengangkat bendera merah (mengikuti peserta dari arah belakang);
Olahraga tradisional semula tercipta dari permainan rakyat sebagai pengisi waktu luang. Karena permainan tersebut sangat menyenangkan dan tidak membutuhkan biaya yang sangat besar, maka permainan tersebut semakin berkembang dan digemari oleh masyarakat sekitar. Permainan ini dilakukan dan digemari mulai dari anak-anak sampai dengan dewasa, sesuai dengan karakter permainan yang dipakai. Beberapa permainan rakyat yang sudah cukup dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan menjadi olahraga tradisional adalah seperti egrang, terompah panjang, patok lele, gobak sodor (hadang), sumpitan, gebuk bantal, gasing, lari balok, tarik tambang, benteng, dagongan, panjat pohon pinang, sepak raga, lomba perahu, lompat batu nias, karapan sapi, dan lain-lain.
Olahraga tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, kekayaan budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam. Semuanya mulai tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dsb.
Tenggelamnya budaya permainan tradisional tersebut tentunya merupakan suatu keprihatinan bagi kita semua. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang.
Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti :
– Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat;
– Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional;
– Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelnajutan, dan berkesinambungan.
Egrang adalah permainan tradisional yang mempergunakan bambu dengan ukuran tertentu sebagai alat mengadu kecepatan dengan menempuh jarak yang telah ditentukan. Permainan ini sudah cukup dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dan sering dilombakan pada acara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan Agustus.
Permainan egrang dilakukan oleh anak-anak, remaja, dewasa dengan tujuan pengisi waktu luang, bermain dan meningkatkan kemampaun motorik. Manfaat yang akan dirasakan oleh pelaku perminan ini adalah kegembiraan, kualitas kebugaran, dan bersosialisasi. Alat terbuat dari sepasang bambu bulat, masing-masing bambu memiliki ukuran panjang + 2,5 m dan memiliki diameter antar 6 s.d 9 Cm. Pada ukuran 50 Cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata.
Permainan tradisional egrang ini sering dilakukan di lapangan berumput, di stadion, atau tan. ah dataran. Yang terpenting kondisi lapangan yang dipergunakan untuk perlombaan permainan ini datar dan luas. Jumlah lintasan dibuat sesuai dengan kondisi ukuran area yang dipergunakan. Untuk lebih meriahnya perminan ini, sebaiknya lintasan yang dipergunakan minimal sebanyak tiga lintasan. Apabila dapat dibuat lebih dari itu, akan lebih baik dan meriah. Masing-masing lintasan dengan ukuran lebar 1 s.d 1,5 meter dan panjang 50 meter.
Pemenang dalam permainan tradisional egrang ini ditentukan berdasarkan kecepatan waktu. Waktu yang diambil adalah kaki terakhir melewati garis finish. Agar dalam pelaksanaan kegiatan permainan ini berjalan baik, maka ditetapkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Peralatan Peserta
a. Sepesang bambu dengan ukuran tinggi 2,75 meter dan diameter bawah minimal 2 dim (5 cm), tinggi pijakan kaki adalah 50 cm;
b. Area Egrang dilapangan rumput atau tanah padat, dengan batasan lintasan yang dibuat dari kapur atau tali raffia, sepanjang 50 meter dan masing-masing lintasan dengan lebar 1,5 meter
2) Peralatan Wasit/Juri
a. Dua buah bendera untuk masing-masing juri lintasan dengan warna merah dan hijau;
b. Stopwatch;
c. Peluit;
d. Scorepad
3) Peraturan Permainan
a. Peserta Egrang terdiri dari 3 pemain putra;
b. Peserta harus menggunakan seragam team masing – masing Kabupaten/Kota dengan nomor punggung 1 s/d 3;
c. Peserta diperkenankan membawa peralatan sendiri dengan ketentuan menggunagan bahan dari bamboo dengan ukuran ketinggian maksimal 2,75 m. Jarak penompang kaki dari bamboo terbawah adalah 50 cm, sedangkan diameter bamboo minimal 2 dim (tidak boleh kurang);
d. Start dibelakang garis dan posisi peserta masih berada di bawah (belum naik);
e. Berjalan sesuai dengan lintasan masing- masing;
f. Masing-masing orang dalam satu regu wajib menempuh jarak 50 m, sehingga jumlah total jarak tempuh untuk masing-masing regu adalah sepanjang 150 m;
g. Sebelum pergantian pemain, pemain dan Egrangnya harus seluruhnya melewati garis;
h. Pemain berikutnya menunggu di luar garis, tidak diperkenankan masuk dalam arena lomba;
i. Dinyatakan sebagai Pemenang apabila pemain ketiga lebih dahulu melewati garis finish;
j. Dinyatakan diskualifikasi jika:
– Egrang menyentuh garis lintasan;
– jika kaki peserta menyentuh tanah (peserta jatuh);
– Egrang tidak memenuhi ukuran sebagaimana ketentuan persyaratan;
– Pergantian pemian dilakukan sebelum melewati garis batas.
4) Peran dan tanggung Jawab Wasit/Juri dan petugas Permainan Egrang
a. Wasit
1. Memberikan arahan terkait dengan bentuk aktivitas yang tidak diperkenankan dilakukan oleh semua peserta kepada semua ketua regu sebelum permainan dimulai;
2. Mengontrol kesiapan juri garis dan petugas pencatat waktu (petugas stopwatch);
3. Memberikan aba-aba kesiapan dan dimulainya permainan ini, dengan memberikan tanda peluit (aba-aba : bersedia, siap, priiiit);
4. Menghentikan permainan, bila ada yang mencuri start.
b. Juri
1. Wajib membawa bendera merah dan hijau;
2. Memberikan tanda kesiapan peserta, dengan mengangkat bendera hijau;
3. Memberikan tanda pelanggaran peserta, dengan mengangkat bendera merah (mengikuti peserta dari arah belakang);
Langganan:
Postingan (Atom)